KEMASAN DAN LABEL PRODUK

Konsumen kini lebih banyak membutuhkan waktu untuk memilih produk yang dicari, karena merek produk semakin banyak untuk satu jenis produk tertentu saja. Seperti, produk sabun mandi di rak-rak toko / swalayan sudah puluhan jenisnya. Minyak goreng branded ada lebih 30 merek dapat dijumpai konsumen di rak-rak supermarket. Belum lagi merek air minum sudah lebih 50 merek dapat dijumpai konsumen di pasar. Begitu pula untuk sabun cuci deterjen ada puluhan merek yang dipajang di swalayan untuk menarik minat konsumen. Apa yang membedakan produk satu dengan produk yang lain? Tidak lain adalah merk, dan kemasannya!

Memang kemasan kini disadari oleh produsen bukan lagi hanya memiliki fungsi melindungi dan membungkus produk. Persaingan produk yang semakin ketat di pasar mengharuskan produsen untuk berfikir keras meningkatkan fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya tarik kepada konsumen melalui aspek artistik, warna, grafis, bentuk maupun desainnya. Banyak konsumen yang membeli secara sadar akan suatu produk karena tertarik pada suatu produk karena alasan warna, bentuk dari kemasan. Belum lagi konsumen yang membeli karena impulse buying, gara-gara menariknya desain, atau bentuk kemasan suatu produk. Sehingga kemasan menjadi sangat efektif untuk mendorong konsumen membeli suatu produk.

Melalui kemasan produk tersebut kesan (image) produk juga dapat dibentuk misalnya image sebagai produk yang kokoh, awet, mewah atau tahan lama. Sehingga konsumen akan memilih produk tersebut karena sesuai dengan syarat yang akan dibeli misalnya produk yang tahan lama, tidak mudah rusak dan terjaga kualitasnya.

Konsumen seringkali membeli suatu produk tidak untuk segera dikonsumsi tetapi untuk persediaan, sehingga ia membutuhkan produk yang terlindungi secara baik isinya, dari kerusakan, berkurangnya isi dan pengaruh cuaca. Dari sisi distribusi, kemasan juga memegang peranan penting karena dengan kemasan produk akan mudah disusun, dihitung, ditangani dan disalurkan secara lebih baik dan cepat. Kemudahan dalam distribusi menjadikan kemasan didesain tertentu dan dengan ukuran yang mudah untuk dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Seringkali kemasan suatu produk diperlukan lebih dari satu lapis. Misalnya produk Aqua dikemas dalam botol (kemasan primer) kemudian baru dikemas lagi dalam kemasan kotak kardus (kemasan pengiriman).

Semangat melakukan efisiensi dan dan alasan turunnya daya beli masyarakat juga mendorong para produsen mendesain kemasannya untuk dapat diisi kembali (refill). Sehingga konsumen memiliki pilihan ekonomis membeli suatu produk yang dapat dilakukan refill, karena akan menghemat pengeluaran belanja mereka. Disamping itu, kemasan produk juga dapat memberikan kemudahan bagi pemakainya, agar tidak banyak isinya yang terbuang, misalnya sirup Frutang yang memberikan kemasan cup yang praktis dan transparan. Sehingga disamping memudahkan produk tersebut dalam genggaman waktu dikonsumsi, tidak memakan tempat kalau disimpan ditas, juga isinya dapat dihabiskan sampai tetes terakhir, karena isinya terlihat secara jelas.

Kesadaran konsumen terhadap produk yang akan dibeli makin lama makin tinggi, seiring dengan meningkatnya peran media dan proses edukasi produk oleh produsen. Kasus keracunan makanan, halal tidaknya makanan, keinginan untuk melakuakan pemeliharaan makanan kesehatan atau diet mendorong konsumen harus lebih mengetahui kandungan nutrisi atau bahan baku lainnya yang ada, dalam suatu produk. Hal itu telah menyadarkan konsumen untuk memperhatikan suatu produk lebih baik. Maka peran label sebagai bagian dari produk yang memberikanm informasi tentang produk dan produsen menjadi sangat penting.

Terdapat 3 (tiga) macam label menurut Stanton (1994), yaitu, Pertama, Brand Label. Label ini memuat merk, gambar, atau produsen dari produk yang dicantumkan dalam kemasan produk. Informasi tersebut penting bagi konsumen sehingga mereka dapat membedakan suatu produk dengan produk lainnya. Kedua, Descriptive Label. Label ini memberikan informasi mengenai bahan baku, persentase kandungan, nilai kalori/gizi, cara penggunaan/konsumsi, tanggal pembuatn, tanggal kedaluarsa dll. Ketiga, Grade Label. Label ini menginformasikan kepada konsumen tentang penilaian kualitas produk.

(Sumber : SKH Kedaulatan Rakyat)

Kemasan Kopi Multifungsi


Tampaknya para pengusaha bisa meniru packaging yang satu ini. Kreatif, simpel dan sudah pasti out of the box. Ide awalnya adalah untuk menghemat plastik dan ramah lingkungan. Tidak perlu membuang percuma bungkus kemasan seperti biasanya, sekarang anda dapat memanfaatkan kemasan tersebut sebagai sedotan untuk menikmati kopi anda.

Coffee Mix Straw dari Nescafe ini dirancang oleh Youngdo Kim. Sejatinya ini adalah kopi instan untuk diminum dingin, tapi saya pikir bisa juga dihidangkan panas. Anda hanya perlu membuka kemasan tersebut, dan kopi yang berada didalamnya akan tertuang ke dalam segelas air. Lalu gunakan kemasan yang sama sebagai alat untuk mengaduk kopi dan sedotan. Kemasan multifungsi untuk menghemat pengeluaran. [ya/timBX]

taken from blackxperience.com

APA ITU DESAIN GRAFIS

APA ITU DESAIN GRAFIS
Desain merupakan seluruh proses pemikiran dan perasaan yang akan menciptakan sesuatu, dengan menggabungkan fakta, konstruksl, fungsi dan estetika, untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Desain adalah suatu konsep pemecahan masalah rupa, warna, bahan, teknik, biaya, guna dan pemakaian yanq diungkapkan dalam gambar dan bentuk.

Kegiatan desain mencakup berbagai bidang, seperti bidang produksi, tekstil, interior, mebel, benda-benda pakai dan segala macam penciptaan benda yang membutuhkan paduan artistik fungsionil dan ekonomis dari yang mempergunakan teknologi rendah sampai dengan yang mempergunakan teknologi tinggi.

Demikian pula dalam bidang desain grafis masalahnya akan menyangkut teknik perencanaan gambar, bentuk, simbol, huruf, fotografi dan proses percetakan, yang disertai pula dengan pengertian tentang bahan dan biaya.

Tujuan utama desain grafis, tidak saja menciptakan desain atau perencanaan fungsional estetis, tetapi juga yang informatif dan komunikatif dengan masyarakat. Bila dilengkapi dengan pengertian psikologi massa, dan teori-teori pemasaran (ekonomi), maka karya-karya desain grafis ini dapat merupakan alat promosi dengan yang sangat ampuh.

Sekarang apa yang kita kenal sebagai dunia desain grafis mencakup bidang kegiatan yang semakin luas, mencakup semua aspek komunikasi melalui bentuk visual mulai dari penciptaan logo (trade mark), perencanaan dan pembuatan buku berikut wajah kulit, ilustrasi dan tipografinya, perencanaan wajah kalender, grafis untuk segala bentuk kemas, desain huruf untuk arsitektur, semua keperluan barang cetakan untuk sebuah hotel, tata huruf judul film dan TV, poster, film kartun, animasi untuk film iklan, grafik-komputer, barang cetakan untuk pelayanan masyarakat lewat benda pos, surat kabar, majalah, sampai dengan rambu lalu-lintas dan sebagainya. Tegasnya semua kebutuhan informasi visuil, yang perlu dikomunikasikan dari seseorang kepada yang lain atau bahkan yang dikomunikasikan secara massal, menjadi bidang kegiatan perencanaan grafis. Hal ini sesuai dengan tuntutan hidup effektif yang selalu membutuhkan informasi yang cukup dan baik.

PERENCANAAN SEBUAH KEMASAN
Kemasan adalah pelindung dari suatu barang, baik barang biasa mau pun barang-barang hasil produksi industri. Dalam dunia industri kemasan merupakan pemenuhan suatu kebutuhan akibat adanya hubungan antara penghasil barang dengan masyarakat pembeli. Untuk keperluan ini kemasan harus dapat menyandang beberapa fungsi yang harus dimilikinya seperti:
- tempat atau wadah dalam bentuk tertentu dan dapat melindungi barang dari kemungkinan rusak, sejak keluar dari pabrik sampai ke tangan pembeli, bahkan masih dapat digunakan sebagai wadah setelah isi barang habis terpakai, (dalam hal ini wadah tersebut masih menyandang fungsi iklannya).

Kemasan bukan hanya sebuah bungkus, tapi juga pelengkap rumah tangga; sebush botol kecap bagus dengan etiketnya yang menarik dapat menyemarakkan suasana tertentu di meja makan atau lemari di dapur; sebuah tempat kertas lap “Klenex” yang didesain menarik dapat memperindah kamar mandi dan botol parfum yang cantik memberikan kekhasan meja berhias seorang gadis.

- mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan pelengkap citradiri dan mempengaruhi calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang yang dikemasnya (bungkus rokok yang berwibawa).

- kemasan mempunyai kemudahan dalam pemakaiannya (buka, tutup, pegang, bawa) tanpa mengurangi mutu ketahanannya dalam melindungi barang.

- rupa luar kemasan harus sesegera mungkin menimbulkan kesan yang benar tentang jenis isi barang yang dikemas.

- perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga efisien dan tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman serta penempatan, demikian pula penyusunan dalam lemari pajang.

- melalui bentuk dan tata rupa yang dimilikinya kemasan berfungsi sebagai alat pemasar untuk mempertinggi daya jual barang. Dalam fungsi ini desain bentuk-kemasan harus mendapat dukungan penuh dari unsur desain-grafisnya, sehingga bentuk kemasan selain menarik harus dapat menyampaikan keterangan dan pesan-pesannya sendiri.

Mengingat konsumen Indonesia yang sebagian besar masih terbatas kemampuan melek hurufnya, maka sampai dengan pertengahan abad ini kita masih melihat bahasa gambar sangat banyak dipergunakan di samping bahasa warna dan huruf. Hal ini, dibuktikan dalam desain-desain merek-dagang, etiket kemasan, serta penggunaan warna untuk memperkuat identitas produk tersebut.

Di samping itu sejalan dengan keterbatasan kemampuan visual dan logika, lahir pula gambar-gambar dan nama-nama sederhana dari benda yang sangat dikenal dalam kehidupan kita sehari-hari, yang oleh industri rokok yang dipilihkan seperti: Djambu Bol, Djeruk, Sapi, Carok, Upet, Pompa, Sugu, Tang, Djarum, Gudang Garam dan sebagainya.

Suatu waktu pabrik rokok kretek Djarum, pernah memproduksi rokok kretek dengan beberapa jenis rasa yang dibedakan dari warna bungkus. Djarum Coklat, Djarum Merah, Djarum Kuning (antara tahun 1950-1960). Semua desain, tipe huruf, dan ukuran sama, kecuali warna dasarnya yang berbeda; jadi di sini ditekankan penggunaan warna. Kemudian, nama-nama aneh muncul dalam gaya seperti ini, sekadar untuk menghindarkan persamaan nama di Lembaga Pencatatan Paten.

Sebuah contoh: Gambar buaya sudah ada pada Lembaga Pencatatan Paten, maka seseorang tidak dapat mempergunakan logo yang sama untuk keperluan desain logo baru. Lalu jalan keluarnya, dia menambahkan kata baru di samping kata buaya, lalu mendaftarkan diri dengan merek “Buaya Gunung”; gambarnya adalah buaya dan gunung (Penelitian Wiyanto, skripsi merek Dagang di Indonesia tahun 1961-1962). Kesederhanaan cara melihat yang berasal dari logika bentuk sering terjadi, karena itu tidak mengherankan bila korek api Jonko ping Tandstick Fabriek, yang bergambar medali atau mata uang di pasar lebih dikenal dan dinamakan “Korek api cap Balon”; apa yang paling segera terlintas difikirkan dan mudah diingat.

Keberhasilan pemasaran suatu barang, tidak hanya ditentukan oleh mutu barang serta usaha promosi yang dilakukan, tetapi juga dalam upaya yang sama oleh mutu dan penampilan kemasan itu sendiri. -

Untuk kenyataan ini kita kenal filsafat pemasaran yang sudah lazim sejak abad ke 19 di Inggris “the product is the package”, barang produk ditentukan oleh kemasannya sendiri. Kesadaran akan kemasan adalah bahagian yang tak terpisah dari barang produk, sehingga tidak mengherankan bila sebuah biro perencanaan grafis bersikap “Kami tak dapat menaikkan mutu barang produk, karena itu kami tingkatan kemasannya”.

Karena itu mutu lain dari sebuah kemasan dinilai dari kemampuannya dalam memenuhi fungsi, di mana kemasan dituntut untuk memiliki daya tarik yang lebih besar daripada barang yang dibungkus di dalamnya. Keberhasilan daya tarik kemasan ditentukan oleh estetik yang menjadi bahan pertimbangan sejak awal perencanaan bentuk kemasan, karena pada dasarnya nilai estetik harus terkandung dalam keserasian antara bentuk dan penataan desain grafis tanpa melupakan kesan jenis, ciri dan sifat barang yang diproduksi.

UNSUR DESAIN GRAFIS
Bahasa desain grafis adalah bahasa visual, bahasa simbol yang diungkapkan melalui gambar, bentuk, warna dan aksara. Grafis harus dapat mengantarkan pesan yang ingin disampaikan oleh produsen barang lewat kemasan yang diciptakan; baik informasi mengenai isi maupun penjelasan mengenai cara pemakaian produk tersebut. Pemilihan tipe huruf yang berkarakter sesuai dengan jenis barang, dipadu saling menunjang dengan gambar ilustrasi yang tepat dan dicetak dengan teknik percetakan yang baik, akan membawakan pesan yang langsung ataupun yang tidak langsung dari barang tersebut terhadap kualitas dan nilainya. Gambar dan tulisan (teks), tidak saja penting sebagai daya tarik tetapi terutama cergas untuk berkomunikasi dengan konsumen tentang keterangan-keterangan yang diinginkan. Teks haruslah jelas, singkat, benar, mudah terbaca dan menyatu dengan desain keseluruhan.

Mempertimbangkan tata tertib desain sangat membantu untuk menghindarkan kesan desain yang kacau balau. Ketiga unsur grafis, gambar, huruf dan warna haruslah dapat menampilkan dirinya secara saling tenggang dan saling tunjang. Bentuk huruf nama produk yang seharusnya tampil utama, tidaklah layak diganggu oleh penggunaan warna-warna kontras yang menyilaukan, sebab warna yang keras hanya dapat berteriak, tapi tidak menyampaikan pesan. Gambar ilustrasi yang berkelebihan akan menenggelamkan pesan informasi tertulis yang juatru lebih penting. Teks yang dicetak dengan warna kuning atas dasar hitam akan sangat jelas terbaca, sebaliknya tulisan biru atas dasar merah akan bergerak memusingkan mata, dan warna kuning muda atas putih akan tidak terbaca. Demikian pula penggunaan bentuk huruf kecil akan lebih mudah dan enak dibaca dari pada huruf besar, dan pemilihan tipe huruf yang sederhana akan lebih menguntungkan dari pemakaian huruf yang dekoratif yang mungkin akan lebih indah tapi sukar terbaca.

Memperhitungkan tinggi dan tebal huruf yang seimbang, dan jarak spasi antara huruf lebih besar dari tebal huruf itu sendiri, sehingga semua pesan yang tertulis sangat mudah terbaca. Hindarkanlah kesan pada konsumen, sehingga seakan-akan kemasan itu berusaha menyembunyikan sesuatu. Dalam pemakaian teks, gunakanlah kata-kata yang mudah dimengerti, tidak terlalu panjang, tidak berarti ganda, karena kecenderungan konsumen adalah selalu mencari produk yang praktis dan bermanfaat yang kemudian baru mempertimbangkan soal harga.

Mengenai gambar atau ilustrasi dapat diungkapkan melalui gambar tangan ataupun melalui fotografi atau keduanya. Fungsi utama dari ilustrasi ini adalah untuk informasi visual tentang produk, pendukung teks, tentang penekanan suatu kesan tertentu atau sebagai penangkap mata untuk menarik calon pembeli untuk membaca teks. Berdasarkan kegunaannya, ilustrasi dengan gambar pada kemas dapat ditampilkan berupa barang produknya secara penuh atau gambar detailnya ataupun gambar yang berupa hiasan, atau ornamen yang simbolis saja.

Ilustrasi melalui gambar fotografi sering digunakan untuk meyakinkan kualitas isi barang; karena lebih menampilkan kenyataan benda tersebut. Hal ini terutama sering dipakai pada kemasan barang makanan. Dengan fotografi lebih mampu menggambarkan bahan dasar alami dari isi produk tersebut (sayur segar, buah-buahan, daging, ikan dan lain-lain).

Demikian pula dapat menunjukkan hasil yang bisa diperoleh dengan menggunakan produk tersebut (sop dengan kuah yang lezat, nasi goreng, kueh yang merangsang selera).

Cara yang sama dapat digunakan untak bidang kosmetik yang menampilkan wajah cantik, paras ayu dengan kulit halus yang lembut; atau rambut rapih yang anggun.

Bahkan lebih jauh dalam bungkus jamu Cap Djago, dipasang tokoh terkenal seperti Titik Puspa dan Mus Mualim, atau bintang terkenal lainnya. Hal ini semata dengan upaya untuk mencitrakan diri terhadap sesuatu yang membanggakan.

Warna adalah hal yang sangat penting dalam komunikasi dengan konsumen. Sehubungan dengan warna pada perencanaan grafis kemasan dapat dirasakan kegunaannya dalam beberapa sudut yang saling berkaitan. Yang sudah jelas kita mengenal 2 penggolongan warna, yaitu warna panas (merah, jingga, kuning) dan warna dingin (hijau, biru dan ungu).

Dari sudut kejiwaan warna panas dihubungkan dengan sikap spontan, meriah, terbuka, memacu gerak dan menggelisahkan, yang disebut “extroverted colour”, sedang warna dingin dihubungkan dengan sikap tertutup sejuk, santai, penuh pertimbangan dan disebut “introverted colours”. Kalau warna merah dianggap warna jantan, lambang darah yang mengalir di dalam tubuh, warna jingga mengesankan bersih, membangkitkan selera, ramah dan hangat. Kuning penuh gairah, ceria dan terang, merah jambu mengesankan kewanitaan dan warna hijau melambangkan suatu yang tumbuh dan harapan, sedangkan warna biru memberikan rasa tenang. Bila hijau membangkitkan ketenangan di bumi, maka biru memberikan kesunyian di langit.

Kecenderungan potensi dari warna ini tentunya dapat diterapkan dengan baik dalam pembuatan kemasan. Untuk menjelaskan kekuatan warna, pandangan dari segi psikologi mengemukakan, bahwa warna lebih dekat hubungan kepada emosi daripada kepada bentuk, sehingga pada sebuah kemasan warna tampil lebih awal dibandingkan dengan bentuk kemasannya dan untuk ini tidak begitu diperlukan pertimbangan-pertimbangan pengamatan.

Dapat kita bayangkan persaingan ketat yang akan dihadapi oleh sebuah produk dengan kemasnya pada sebuah rak pemajangan produk sejenis lainnya yang berpuluh-puluh jumlahnya. Bagi kemasan yang mempergunakan unsur grafis dan warna dengan lebih seksama tentu akan tampil sebagai pemikat utama bagi calon pembeli. Apalagi bila disadari bahwa daya ingat manusia terhadap bentuk lebih lamban dibanding terhadap warna dan orang dapat lupa terhadap nama sebuah produk tapi sukar lupa terhadap warna kemasnya. Sebagai contoh hal ini jelas terlihat pada kemasan film, Kodak (kuning), Fuji Color (hijau), Corned beef Cip/Pronas dan sardencis (merah), Sari Ayu (coklat tua), Mustika Ratu (merah tua).

Penerapan warna terhadap kemasan dapat pula dipertimbangkan dari sudut cerapan warna terhadap cerapan cecap. Dari sebuah angket terbatas mengenai pengaruh warna terhadap cecap (taste) yang dilakukan di antara ibu rumah tangga di Bandung, dapat diambil kesimpulan, bahwa warna merah memberikan cecap manis yang tertinggi, warna kuning memberikan cecap asam yang tertinggi warna biru terang dengan putih memberikan cecap asin dan warna merah-gelap dan hitam memberikan cecap pahit (penelitian Baby Ahnan, Skripsi “Sebuah Penelitian Jelajah Mengenai: Kemungkinan Timbulnya Cerapan Cecap/Akibat Cerapan Warna” Tahun 1983. Kesimpulan ini tentu dapat dipakai sebagai titik tolak pewarnaan kemasan khusus untuk makanan dan minuman di Indonesia.

Seterusnya mengenai masalah warna dalam kaitan selera publik konsumen dapat pula kita catat beberapa hal seperti :

- Warna anggun, canggih (sophisticated), kurang cocok untuk warna kosmetik yang dipasarkan di golongan masyarakat menengah ke bawah. Yang lebih disukai adalah warna cerah, yang agak meriah.

Menjua1 radio dengan warna merah, hijau, atau biru muda akan lebih mudah di daerah pedesaan.

Demikian pula warna bungkus rokok untuk masyarakat menengah ke bawah sebaiknya dengan warna lebih ceria. Sedangkan warna untuk bungkus rokok kretek Filtra yang kemasan cocok untuk kalangan orang bisnis, atau mencerminkan tingkatan sosial tertentu, dan rokok Djarum Super merah-hitam sesuai untuk golongan pemuda yang berjiwa muda atau romantis; apalagi bila didukung oleh kampanye iklan yang agak berbau erotis. Demikian pula untuk beberapa rokok cap tertentu di Indonesia yang pemasarannya di antara konsumen kelas bawah, terdapat keserasian tertentu dalam warna yang dipakai sesuai dengan daerah khas tertentu.

Untuk daerah Sumatera Utara disukai warna kuning pinang masak (chrome) atau warna merah; dan di daerah Jawa dengan warna merah, kuning lemon dan biru tua. Sebagai contoh, rokok Commodore berwarna bungkus merah dipasarkan di Medan dan sekitarnya; demikian pula rokok cap Galan dan Panamas yang konsumen terbesarnya di Sumatera.

Sehubungan dengan warna, dapat pula ditelusuri bahwa suatu jaman kadang-kadang mempunyai satu kecenderungan selera. Untuk generasi yang dibesarkan di sekitar Perang Dunia II, selera warnanya lebih tenang, mengungkapkan warna teduh, nyaris muram. Karena itu lahir satu gerakan kelompok pelukis yang tampil dengan warna-warna cemerlang di Eropah sebagai reaksi terhadap situasi tadi, di antaranya pelukis Josef Albers, Vasarely.

Selera lesu dari era ini diungkapkan dalam cita rasa warna berpakaian dan interior ruang dengan warna pastel abu-abu, kuning gading pucat, atau oker pudar.

Tapi pada generasi berikutnya yang dibesarkan pada masa kebudayaan Pop (Pop Culture), mereka lebih gandrung terhadap warna ceria, kontras, riang dan meriah. Secara psikologis dapat dihubungkan dengan masa “pembangunan” yang kurang mengalami kesukaran, suasana dunia yang lebih damai, terbuka; optimistis. Karena itu warna kemas saat ini umumnya lebih terang dan gembira.

KEMASAN UNTUK EKSPOR
Pada umumnya di Indonesia sampai dengan saat ini masih hidup dengan baik desain kemasan yang tradisionil (baik desain grafisnya maupun bahan yang dipergunakan) di samping desain kemas yang modern, yang pembuatannya didasarkan kepada konsep pemikiran yang modern juga. Bila kita masuk ke sebuah toko barang makanan kecil yang menjual makanan kering seperti jenis krupuk, kacang-kacangan, dodol, kueh kering, tauco, oncom, seperti toko-toko yang terdapat di jalan raya bypass kota Cianjur, maka kita akan temukan sebagian besar barang makanan itu dikemas dalam keadaan sederhana, baik bentak maupun grafisnya. Kemasan yang sebagian besar untuk hasil industri rumah ini, rupanya masih punya tempat dan akrab dengan konsumennya.

Di samping itu di kota-kota besar, terlihat suatu keadaan lain, sebagai hasil perkembangan pasar dan toko setelah tahun 1986 (era orde baru). Seperti kita ketahui roda ekonomi Indonesia mulai bergerak setelah tahun 1966, di mana penanaman modal asing di berbagai bidang, seperti pendirian industri/pabrik, makanan, obat-obatan, pakaian, elektronik, sampai kepada perakitan kendaraan. Pusat-pusat perbelanjaan makin banyak, di samping toko serba ada dan supermaket yang mewah.

Kehadiran toko-toko mewah ini merangsang lahirnya bentuk kemasan baru dari barang produksi dalam negeri. Sifat penjajaan barang di supermaket yang di antaranya setiap barang harus melayani dan menual dirinya sendiri, mendorong para produsen untuk menciptakan produk dengan kemasan yang sesuai. Barang-barang yang dijajakan di sebuah pasar syawalan akan diletakkan sesuai kelompok jenisnya. Sehingga kita akan mudah mendapat jenis barang tersebut sekaligus dengan berbagai ragam, merek, harga, tanda-niaga, isi, penjelasan dan tawaran cita rasanya. Barang produk tersebut tiba-tiba tenggelam ke dalam satu pertarungan yang sengit untuk dapat memenangkan perhatian pembeli. Pertarungan barang tersebut, adalah pertarungan perancangan bungkusnya, karena itu ini adalah pertarungan ilmu merancang kemasan. Untuk menentukan pilihan konsumen harus aktif. Suasana akan berlainan sekali, bila anda berbelanja di satu warung di pasar Inpres di mana pelayan warung akan mengejar anda dengan berbagai informasi dan menggoda anda untuk membeli barang tersebut; dan anda cukup dengan sikap pasif saja.

Seiring dengan derap kemajuan ekonomi kita, telah pula dimulai menggiatkan ekspor barang-barang produksi dalam negeri ke berbagai negara. Upaya ini tentunya harus didukung oleh mutu barang dan sekaligus mutu kemasannya yang berwibawa dan berdaya jual. Mengenai perencanaan kemasan ekspor ini dapatlah dicatat beberapa yang seyogyanya layak menjadi bahan pertimbangan bagi para produsen dan perencana grafis Indonesia.

- Beberapa bentuk kemasan berikut grafisnya dari sebuah barang yang diproduksi untuk pasar luar negeri sebaiknya tidak dibuat sama seperti yang dipasarkan untuk dalam negeri.

- Peka dan faham terhadap berbagai ragam kebudayaan dunia sangat penting dalam memperhitungkan desain kemas untuk ekspor. Hal ini didasari oleh adanya faktor lingkungan setempat yang harus dipertimbangkan. Sebagai contoh dapat diteliti apa yang dilakukan oleh sebuah perusahaan perencanaan dan konsultan untuk marketing dan komunikasi di San Francisco USA “Walter Landor Asoociates. Perusahaan ini telah mempekerjakan desainer dari berbagai bangsa, sesuai dengan kepentingan perencanaan barang untuk berbagai negara yang dituju seperti Jepang, Itali, Jerman, bahkan Inggris. Kemasan untuk ekspor adalah hal yang sangat khas karena itu sebaiknya ditangani oleh desainer dari negara tujuan ekspor yang bersangkutan dan bekerjasama dengan perencana Indonesia.

- Lazimnya kemasan yang akan dipasarkan telah melalui hasil riset di atas dan uji lapangan yang mendalam, baik dalam bentuk dan bahan kemasan maupun desain grafisnya, mengingat tingginya fakta perbedaan iklim, bahasa, kemampuan membaca, syarat perdagangan, pajak, lalu lintas pengiriman dan lain-lain.

- Setiap barang produk yang akan diekspor, haruslah juga melengkapi desain kemasannya dengan persyaratan kode komputerisasi yang telah dipakai di mana-mana, untuk memudahkan penghitungan harga.

- Harus pula mempertimbangkan penggunaan unsur simbolisme yang diucapkan melalui bentuk dan warna. Dapat dibayangkan kebijaksanaan bagaimana yang akan diambil, bila akan merencanakan kemasan kita untuk diekspor, muncul masalah warna dan gambar sebagai berikut:

- Warna “merah”, sangat disukai di Itali, Singapura, Yugoslavia, Meksiko, dan bagi orang Amerika merah adalah warna yang bersih, sedang bagi bangsa Inggris, Chili, Guatemala, Belanda, Venezuela dan Swedia termasuk warna yang kurang disukai.

- Warna “biru” disukai di Inggris, dianggap warna maskulin di Swedia, tapi feminin di Belanda.

- Warna “kuning” dan “emas”, disukai sekali oleh negara-negara di Asia seperti Jepang, Malaysia, Filipina, Burma, Ceylon, Singapura dan Hongkong.

- Warna “hijau”, dianggap sebagai warna yang serasi dan sejuk oleh bangsa Amerika, Iran, Irak, Sudan, Jordania, India, Pakistan, dan bagi bangsa Arab malah dianggap sebagai warna suci yang kurang bijaksana untuk dipakai sebagai warna kemas.

- Warna “hitam”, hampir semua bangsa seperti Amerika, Afrika Selatan, Tunisia, Afganistan, India, Saudi Arabia, Vietnam, Hongkong, Perancis, Jerman, Denmark, dan Australia merasa kurang cocok, tetapi di Spanyol malah banyak dipakai untuk kemasan makanan.

Demikian pula mengenai masalah “gambar”,

- Gambar Harimau, Singa, Naga dan Gajah, disenangi di RRC, Taiwan, dan Hongkong, sedang gambar gajah tidak disukai di Tahiti

- Bagi Singapura dan Malaysia, mereka kurang dapat menerima gambar ular, babi, sapi dan kura-kura.

- India anti terhadap gambar sapi dan anjing, tapi suka kepada gambar monyet.

- Swiss akan peka sekali terhadap bentuk palang merah atau palang putih atas dasar merah.

- Saran khusus yang penting dihayati oleh para produsen dan pendesain kemasan Indonesia adalah agar menempatkan persoalan pengemasan ini, tidak saja sebagai faktor ekonomis yang berhubungan dengan peningkatan pemasaran barang saja, tetapi juga sebagai faktor kulturil yang membawa citra wibawa bangsa. Suatu contoh yang dapat kita tiru adalah apa yang telah dilakukan oleh Jepang terhadap seni pengemasan barang produk mereka. Seluruh nafas keseni-rupaan Jepang dapat terpancar pada rancangan grafis kemasan barangnya; sebagai sebuah tontonan kesenian. Apakah kita layak mempunyai optimisme ke arah demikian, memang sangat tergantung kepada sikap dan keinginan kita sendiri.

Demikianlah secara singkat yang dapat disampaikan dalam kesempatan pembicaraan mengenai peranan desain grafis pada kemasan dan pada akhirnya ingin saya tekankan “Bila bentuk kemas itu hanya dapat melindungi isi barang yang dikemas, tapi desain grafisnya akan menjual barang tersebut kepada pembeli”

By deandra
TAKEN FROM club desainer

Sumber: Buku ”Simposium Disain Grafis” Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni Indonesia- Yogyakarta, dalam rangka Purna Bakti drs. R. Soetopo sebagai tenaga pengajar Fakultas Seni Rupa dan Disain, yang diselenggarakan pada tanggal 4 April 1989.

Teliti Sebelum Beli Makanan dalam Kemasan

Sebagian besar makanan dalam kemasan memiliki label yang memberi informasi yang memuat informasi kandungan didalamnya. Hal itu dapat Anda gunakan untuk mengetahui kandungan nutrisi yang mungkin Anda butuhkan.

Selain itu, label tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan seberapa banyak porsi yang sesuai dengan diet Anda atau menghindari alergi makanan tertentu. Yang tak kalah penting adalah memperhatikan tanggal kadaluarsa makanan dalam kemasan tersebut.

Berikut saran dari American Congress of Obstetricians and Gynecologists dalam membaca label informasi makanan dalam kemasan, antara lain :

-Perhatikan porsi sajian. Hal itu menunjukkan kepada Anda seberapa banyak porsi dalam kemasan tersebut bisa disajikan.

-Teliti bagian mengenai kalori per saji, yang bisa membantu Anda memperkirakan seberapa banyak kalori yang Anda konsumsi setiap penyajian.

- Periksa jumlah total dari lemak, termasuk lemak jenuh dan lemak trans. Lemak tersebut dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi dan penyakit jantung.

- Jika Anda memiliki alergi bahan makanan tertentu, label tersebut dapat membantu Anda menghindarinya.

- Pastikan juga label tersebut memuat informasi spesifik mengenai zat apa saja yang terkandung dalam makanan kemasan tersebut.

- Periksa informasi nilai prosentase makanan perhari, yang dapat memberitahu Anda seberapa banyak jumlah yang direkomendasikan dari setiap zat gizi yang termasuk dalam produk makanan kemasan tersebut.

oleh: Ririn Sjafriani
Sumber: healthday